MAKNA
HASAN DAN KHAIR
DALAM
MU’JAM MUFRAAT ALFADZ ALQUR’AN.
A. HA –
SIN – NUN حسن
kata حسن ialah suatu ibarat dari setiap kebaikan
yang disenangi. Dan ia terbagi dalam tiga macam : 1. Kebaikan dalam pandangan
akal. 2. kebaikan dalam pandangan ‘hawa’. 3. Kebaikan dalam pandangan panca
indra. Kebaikan itu disebut sebaigai setiap kenikmatan yang didapati manusia
dalam dirinya, raganya dan yang lainnya. Sedangkan keburukan (السيئة) lawan kata dari kebaikan (حسن), yang mana keduanya merupakan dari lafadz
musytarak sama dengan kata hewan yang mengandung banyak makna seperti kuda,
manusia dll. Dan mengenai ini Allah berfirman ( و إن تصبهم حسنة يقولوا هذه من عند الله
) atau yang subur/khosbun,
berhasil/dzofaro sebagainya. (وإنتصبهم
سيئة ) atau sesuatu
sempit/doqun, gagal/khaiybah. Dan Allah berfirman (فإذا جاء تهم الحسنة قلوا لنا هذه) dan
dalam Firman Allah (ماأصابك
من حسنة فمن الله) artinya ini dari segi pahala. (ماأصابك من سيـئة)
artinya ini dari segi azab. Ada perbedaan antara kata الحسن, الحسنة, dan الحسنى. Kata al-Husnu itu berarti kebaikan yang bersifat ‘materi
dan imateri’, begitu juga kata al-Hasanah jika ia menjadi sifat, dan jika
menjadi isim maka diketahui bersifat imateri, sedangkan kata al-Husnaa hanya
bersifat imateri dan tidak materi.
Kata
Husnu ini lebih banyak diketahui dalam kebaikan yang sifatnya umum, seperti
laki-laki baik itu orang baik, perempuan baik itu orang baik bahkan dalam
al-Qur’an banyak menceritakan kata-lata Husnu
dari segi kebaikan yang bisa dilihat dengan pandangan hati, dalam hal
ini Allah berfirmanالذين
يستمعون القول فيتبعون أحسنة artinya untuk menjauhkan diri dari hal-hal
yang bersifat subhat. Sebagai mana sabda Rasul “Apbila kamu ragu dalam satu hal
maka tinggalkanlah” dan katakanlah kepada manusia perkataan yang baik atau
kalimat yang baik, firman-Nya ووصينا
الإنسان بوالديه حسنـا dan قل هل تربصون بنا إلا إحدى الحسنيين Dan
firman Allah ومن
أحسن نت الله حكما لقوم يوقنون . katanya kebaikan itu hanya ditetapkan
pada orang-oarang yang yakin dan orang-orang yang tidak yakin tidak
dikhususkan/ditetapkan?.
Maksudnya
kebaikan itu jelas dan ia mengetahuinya, demikian jelas bagi orang-orang yang
mensucikan dirinya dan mengetahui hikmah Allah tanpa kejahilan (kebodohan).
Kata إحسن
(kebaikan) itu ada dua perspektif. Pertama kebaikan (الإنعام)kepada orang lain, seperti contoh berbuat
baik kepada si fulan. Kedua kebaikan (الإحسن) pada diri sendiri yaitu jika ia
mengetahui yang baik atau berbuat dengan perbuatan yang baik, hal ini selaras
dengan ungkapan Amirul Mu’minin “Manusia itu amrupakan buah dari kabaikan yang
ia lakukan” artinya mereka itu dinisbatkan kepada apa yang mereka ketahui dan
perbuatan-perbuatan baik yang mereka lakukan.
Firman
Allah (الذي أحسن
كل شيئ خلقه) dan kata ihsan itu lebih umum dari kata
in’am sebagaimana Allah berfirman (إن أحسنتم أحسنتم لأنفسكم) dan Firman Allah (إن الله يأمربالعدل والإحسان).
Maka kata Ihsan berada diatas kata Adlu (keadilan), yang mana keadilan itu
adalah mencurahkan kewajibannya danmengambil haknya, sedangkan Ihsan
mencurahkan kewajibannya lebihbanyak dibanding mengambil haknya. Kata Ihsan
lebih tinggi kedudukannya dibanding kata Adlu. Menuntut keadilan adalah
merupakan kewajiban sedangkan Ihsan
sunnah dan dianjurkan. Dalam hal ini Allah berfirman (ومن أحسن دينا ممن أسلم وجهه لله وهو محسن) dan
dalam firman-Nya (وأداء
إليه بإحسان) untuk itu Allah memberi pahala yang besar
kepada orang-orang yang berbuat kebaikan (al-Muhsinin). Sesuai dengan firman
Allah (إن الله مع المحسنين) dan (إن الله يحب المحسنين)
dan (وما على
المحسنين من سبيل , للذين أحسنوا فى هذه الدنيا حسنة) .
B. KHA -
YA - RA خير) (
خير : الخير (yang baik) itu adalah setiap sesuatu yang
diinginkan seperti akal umpamanya, keadilan, keutamaan dan sesuatu yang
bermenfaat. Lawannya katanya adalah الشر (yang jahat). Ketahuilah bahwasanya yang
baik itu ada dua macam: pertama baik yang bersifat mutlak, yaitu suatu kebaikan
yang disenangi oleh tiap-tiap hal dan juga tiap-tiap orang seperti surga
sebagaimana yang digambarkan Nabi dalam hadisnya: “tidak ada yang baik dengan
yang baik setelahnya neraka, dan tidak ada yang jahat dengan yang jahat
setelahnya surga”, dan kedua baik dan jahat yang berhubungan, yaitu baik
menurut seseorang dan buruk menurut yang lainnya, contohnya seperti harta boleh
jadi ia baik menurut Zaid tapi buruk
menurut Umar. Untuk itu Allah SWT menjelaskan dua hal ini dalam firman-Nya
(jika ia meninggalkan harta yang banyak. Qs. al-Baqarah: 180) dan dalam surat
lain (Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada
mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada
mereka? Qs. al-Mukminun 55-56). Firman Allah (jika ia meninggalkan harta yang
banyak. Qs. al-Baqarah: 180) maksudnya adalah harta. Sebagian ulama
berpendapat: tidaklah harta itu dikatakan baik kecuali apabila ia banyak berada
dalam kebaikan, sebagaimana yang diriwayatkan bahwasanya ketika Khalifah Ali
ra. berada dalam kerabatnya ia berkata:
apakah saya tidak berwasiat hai amirul mukminin? Lalu ia menjawab: tidak, sebab
Allah mengajarkan dalam firman-Nya: (jika ia meninggalkan harta yang banyak.
Qs. al-Baqarah: 180) dan kamu tidak
memiliki harta yang banyak, dalam hal ini Allah berfirman: (dan sesungguhnya
dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Qs. al-‘Adiyat: 8) maksudnya
adalah harta yang banyak. Dan sebagian ulama berpendapat: Sesungguhya yang
disebutkan harta di sini berupa kebaikan adalah merupakan peringatan dalam arti
yang halus yang mana maksudnya adalah suatu wasiat dikatakan baik apabila di
dalamnya terdapat kumpulan harta yang baik, mengenai hal ini Allah berfirman:
(Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada
ibu-bapak. Qs. al-Baqarah: 215) dan firman-Nya: (Dan apa saja harta yang baik
yang kamu nafkahkan (di jalan Allah) Ia mengetahuinya) dan firman-Nya:
(hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada
kebaikan pada mereka. Qs. al-Nur: 33) dikatakan maksudnya adalah harta dari
pandangan mereka, dikatakan jika kamu ketahui kalau kebebasan mereka itu akan
mendatangkan menfaat kepadamu dan kepada mereka.
Dikatakan
baik dan jahat (keduanya) itu ada dua persepektif, pertama: keduanya disebut sebagai
nama, sebagaimana dalam firman-Nya: (Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan. Qs. Ali Imran: 104). Dan kedua:
keduanya disebut sebagai sifat, yang mana keduanya ditentukan dalam perbuatan
lebih (أفعل)
darinya, di antaranya seperti: هذا خيرمن ذاك وأفضل (ini lebih baik dan lebih utama dari pada
itu), lihat firman-Nya: (Kami datangkan yang lebih (خير ) baik dari padanya. Qs. al-Baqarah: 106)
dan firman-Nya: (Dan berpuasa lebih baik bagimu. Qs. al-Baqarah: 184) maka kata
خير di
sini boleh disebut sebagai nama dan boleh juga disebut sebagai kata yang
mengandung arti lebih, dan juga firman-Nya: (Berbekallah, dan sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa. Qs. al-Baqarah: 197) ditentukan pada perbuatan
lebih (أفعل)
darinya. Kebaikan itu kadang-kadang berhadapan dengan kejahatan dan
kemudharatan, seperti firman Allah: (Dan jika Allah menimpakan sesuatu
kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia
sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas
tiap-tiap sesuatu. Qs. al-An’am: 17).
Dan
firman-Nya: (Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi
cantik-cantik. Qs. al-Rahman: 70) katanya aslinya adalah خيرات lalu diringankan. فالخيرات من النساء الخيرات , dikatakan laki-laki itu baik dn
perempuan itu baik (رجل
خيروامرأة خيرة وهذا خير الرجال وهذه خيرة النساء dan
maksudnya adalah yang terpilih (المختارات ) atau perempuan-perempuan itu adalah
orang-orang terpilih tidak ada hina bagi mereka. Baik yang utama itu adalah
yang dikhususkan dengan kebaikan. Dikatakan kebersihan itu pilihan dan
keindahan itu pilihan (ناقة
خياروجمل خيار ), hamba itu berbuat baik kepada Allah
maka ia berbuat kepada-Nya atau ia meminta kebaikan dari Allah maka ia
memuja-Nya, dan aku menyuruh memilih sifulan dalam hal ini maka aku pun
memilihnya. Pilihan keadaan yang ditujukan untuk المستخيروالمختار seperti القعدة والجلسة untuk keadaan yang berdiri dan yang duduk.
Dan pilihan (ikhtiyar) itu adalah meminta sesuatu yang dia pilih dan ia perbuat.
Dan kadang dikatakan: ketika manusia melihatnya baik dan jika tidak baik. Dan
firman-Nya: (Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka dengan pengetahuan (Kami)
atas bangsa-bangsa. Qs. al-Dukhan: 32) boleh ini sebagai isyarat adanya pilihan
Allah kepada mereka atau boleh juga ia merupakan isyarat keutamaan mereka di
banding yang lainnya. Dan المختار
dalam pandangan ahli kalam adalah setiap perbuatan yang dilakukan manusia bukan
dengan jalan yang dilarang. Ungkapan mereka: dia yang dipilih (هو مختار) dalam hal ini, bukanlah mereka inginkan
maksudnya dengan ungkapan: sifulan itu mendapat pilihan (ikhtiyar) sesungguhnya
pilihan (ikhtiyar) itu adalah mengambil apa yang ia lihai baik, dan yang
dipilih (mukhtar) kadang-kadang disebut untuk subjek dan objek.[1]
[1]Imam
Raghib al-Ashfahani, Mu’jam Mufradat Alfazil Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, tt),
h. 163-16
Al Birr
Arti :
Secara
bahasa, al-birr berarti kebaikan. Bahkan sebagian ulama mendefinisikan
“al-birr” ini dengan sebuah nama/istilah yang mencakup segala macam bentuk
kebaikan. Terdapat juga ulama yang secara khusus memberikan makna yang dimaksud
dari kata al-birr ini, diantara maknanya adalah hubungan baik, ketaatan, dan
kelembutan.
Dalam
Al-Qur’an, banyak sekali ayat-ayat yang menggunakan kata atau akar kata
al-birr.
Diantaranya firman Allah swt. (Al-Maidah: 2),
.....Dan
tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian
bertolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan …”
Oleh
karenanya, Allah swt. melarang kita untuk memerintahkan orang lain mengerjakan
kebaikan, sementara kita sendiri tidak melaksanakannya (Al-Baqarah: 44) :
“Mengapa
kalian memerintahkan orang lain untuk mengerjakan kebaikan, sedangkan kamu
melupkan dirimu sendiri, padahal kalian membaca al-kitab (Taurat), maka
tidakkah kamu berfikir?”
Makna :
Al-birr
yang mengandung makna begitu luas sebagaimana ditekankan oleh Rasulullah saw.,
bahwa yang dimaksud dengan al-birr adalah husnul khuluq atau akhlak yang baik.
Akhlak yang baik memiliki urgensitas yang sangat penting dalam pribadi seorang
mu’min, diantaranya :
• Akhlak
yang baik merupakan refleksi keimanan seseorang kepada Allah swt.
• Akhlak
yang baik merupakan bukti ketinggian keimanan seseorang. Semakin tinggi imannya
maka akan semakin sempurna akhlaknya. Dalam hal ini, Rasulullah saw.
mengemukakan: Dari Abu Hurairah ra berkata bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,
‘Sesempurna-sempurnanya keimanan seorang mu’min adalah yang terbaik akhlaknya.’
(Abu Daud)
• Akhlak
yang baik memiliki timbangan yang begitu besar di akhirat kelak, serta dapat
menjadikan pelakunya menjadi ahlul jannah.
Substansi
:
Akhlak
yang baik adalah mencakup segala macam bentuk kebaikan dalam bermuaamalah
diantaranya adalah, jujur, amanah, menyambung persaudaraan, kasih sayang,
lembut, tidak mudah marah, pemaaf, menjaga lisan, qanaah, tawadhu’, itsar,
istiqomah, murah senyum, penolong, menepati janji, ridha, sabar, syukur,
‘iffah, adil, menyukai kebersihan dsb. Atau dengan kata lain, akhlak yang baik
adalah segala perbuatan dan sifat yang positif, tidak mengandung unsur negatif
serta tidak melanggar larangan-larangan Allah swt.
Al Khayr
Arti :
Kebaikan
yang lebih condong kepada sifat asalnya.
Makna :
Kebaikan
menurut pandangan syariat. Namun tidak semua orang terbiasa mengenalnya.
Seperti pembagian harta waris. Perlu pemikiran mendalam untuk menerima secara
akal.
Substansi
:
Al-Khair
adalah kebaikan yang tidak bisa semua orang mengetahuinya bahkan menyetujuinya.
Kebaikan ini tertumpu pada penjelasan dalil. Islam adalah al-khair, karena tidak
semua manusia setuju dan mengerti tentang kebaikan Islam. Dan Kebaikan Islam
perlu penjelasan dan ilmu.
Al
Ma’ruf
Arti :
Secara
bahasa, ma'ruf berikisar pada segala hal yang dianggap baik
oleh manusia dan hati menjadi tenang dengan perbuatan ma'ruf (baik) tersebut
sehiingga mereka mengamalkannya serta tidak mengingkarinya.
Makna :
~ Ibnu
Atsir rahimahullah mengatakan ma'ruf adalah satu nama yang mencakup segala apa
yang dikenal berupa ketaatan kepadaAllah, pendekatan diri kepada-Nya, berbuat
baik kepada manusia dan segala apa yang disunnahkan oleh syari'at dari berbagai
kebaikan dan apa yang dilarang olehnyanya dari segala macam kejelekan.
~ Ustazd
Yazid bin Abdul Qadir Jawas mengemukakan al-ma'ruf adalah apa yang dikenal
kebenarannya oleh setiap orang yang berakal, dan lawannya adalah kemunkaran.
Ada yang mengatakan bahwa al-ma'ruf adalah ketaatan kepadaAllah dan kemunkaran
adalah berbuat maksiat kepada-Nya.
~
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaah mengatakan ma'-ruf adalah satu nama
yang mencakup bagi segala apa yang dicintai oleh Allah, berupa iman dan amal
shalih.
Substansi
:
al-Ma’ruf
adalah jenis kebaikan yang tanpa dalil-pun orang tahu bahwa itu suatu kebaikan.
Bahkan semua orang menyetujuinya. Seperti berbuat baik kepada orang tua, atau
memberi makan yang kelaparan. Jangankan umat Islam, mereka yang nonmuslim pun
sadar bahwa itu kebaikan. Oleh karena itu asal arti al-ma’ruf adalah (sudah)
dikenal atau sudah biasa dikenal