Pendahuluan
Sebagai
pakar hadis yang muncul pada abad 4 H, al-Hakim al-Naisaburi (321-405) dengan
karya monumentalnya al-Mustadrak ‘ala al-Sahihain, merupakan tokoh besar yang
tidak bisa dinafikan bgitu saja. Meskipun pamor ketenarannya di bawah
pengarang-pengarang Kutb al-Sittah, tetapi kiprahnya dalam menghadirkan
konsep-konsep teoritis dan praktis tetap memberikan kontribusi yang cukup besar
dalam ranah kajian hadis maupun ulum al-hadis pada masa-masa berikutnya.
Untuk
itulah laporan (book review) ini akan seklias mengupas secara gobal kitab
al-Mustadrak ‘ala Sahihain yang mencakup sekilas bografi al-Hakim (nama dan
nasab), dan sekilas tentang al-Mustadrak ‘ala sahihain (latar belakang
penyusunan kitab, isi, metode dan krtieria, klasifikasi hadis dan status hadis
yang terdapat dalam kita al-Mustadrak).
B. SEKILAS BIOGRAFI AL-HAKIM
1. Nama dan Nasab al-Hakim
Al-Hakim
yang memiliki nama lengkap Abu ‘Abdullah Muhammad bin ‘Abdullah bin Muhammad
bin Hamdun bin Hakam bin Nu’aim bin al-Bayyi’ al-Dabbi al-Tahmani al-Naisaburi.
Beliau dilahirkan di naisabur pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal 321 H. Beliau
sering disebut dengan Abu ‘Abdullah al-Hakim al-Naisaburi atau Ibn al-Bayyi’
atau al-Hakim Abu Abdullah, untuk menghindari kekeliruan nama al-Hakim lain
yang sama, seperti Abu Ahmad al-Hakim, Abu ‘Ali al-Hakim al-Kabir (guru Abu
Abdullah al-Hakim), ataupun kalifah Fatimiyah di Mesir, Al-Hakim bin Amrullah.
C. KITAB AL-MUSTADRAK ‘ALA AL-SAHIHAIN
1. Latar Belakang Penyusunan
Al-Hakim
tidak menyebutkan secara eksplisit tentang latar belakang penyusunan kitab
mustadrak ‘ala al-sahihain, yang mulai disusun tahun 373 H. namun secara
implisit dapat terekam, bahwa inisiatif penulisan tersebut berangkat dari asumsi al-Hakim bahwa masih
banyak hadis shahih berserakan, baik yang belum di catat oleh para ulama,
maupun yang tercantum dalam beberapa kitab hadis yang ada. Disamping itu
penegasan pengarang shahihain, Bukhari dan Muslim yang menyatakan bahwa tidak
semua hadis shahih telah terangkum dalam kitab shahihnya. Dua hal tersebut yang
mendorong al-Hakim menyusun kitab berdasar kaedah-kaedah ilmiah dalam
menentukan keabsahan sanad dan matan.
2. Penamaan Kitab
Kitab
tulisan al-Hakim dinamakan al-mustadrak artinya ditambahkan atau diususlkan
atas shahihain. Secara definisi mustadrak
adalah:
هي كتاب يخرج فيه صاحبه أحاديث لم يخرجها كتاب ما من كتب السنة رغم
انها على شرطه
Al-hakim
menamakan demkian, karena berasumsi bahwa hadis-hadis yang disusun dalam
kitabnya merupakan hadis-hadis shahih atau memenuhi keshahihan Bukhari dan
Muslim, dan belum tercantum dalam Shahih Bukhari maupun Shahih Muslim.
3. Isi
Kitab
Kitab
ini tersusun dalam 4 jilid besar yang bermuatan 8.690 hadis dan mencakup 50
bahasan (kitab). Kitab karya al-Hakim ini termasuk kategori itab al-Jami’,
karena muatan hadisnya terdiri dari berbagai dimensi, aqidah, syariah, akhlaq,
tafsir, sirah, dsb.
Adapun
rincian jumlah hadis dikaitkan dengan temanya adalah: aqidah 251 hadis; ibadah
1277 hadis; hokum halal haram 2519 hadis; takwil mimpi 32 hadis; pengobatan 73
hadis; rasul-rasu 141 hadis; 1218 hadis tentang biografi sahabat; huru-hara dan
peperangan 347 hadis; kegoncangan hari kiamat 911 hadis; tafsir 974 hadis; dan
fadhail al-Quran 70 hadis.
Adapun
sistematika Kitabnya, mengikuti model yang dipakai oleh Bukhari maupun Muslim,
dengan membahas berbagai aspek materi dan membaginya dalam kitab-kitab
(tema-tema tertentu) dan sub-subnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Jilid
I:
1. Kitab Iman; 287 hadis
2. Kitab Ilmu; 155 hadis
3. Kitab Thaharah; 228 hadis
4. Kitab Shalat; 352 hadis
5. Kitab al-Jum’ah; 82 hadis
6. Kitab Salat Idain; 29 hadis
7. Kitab Salat Witir; 34 hadis
8. Kitab Salat Tathawuu’; 51 hadis
9. Kitab al-Sahwi; 13 hadis
10. Kitab Salat istisqa’; 13 hadis
11. Kitab Salat Khusuf; 17 hadis
12. Kitab Khauf; 9 hadis
13. Kitab al-Janaiz; 162 hadis
14. Kitab Zakat; 105 hadis
15. Kitab Siyam; 77 hadis
16. Kitab Manasik; 192 hadis
17. Kitab Doa Takbir dan Tahlil; 219 hadis
18. Kitab Fadail al-Qur’an; 110 hadis
Jilid
II:
19. Kitab Buyu’; 246 hadis
20. Kitab Jihad; 209 hadis
21. Kitab Qism al-Fa’i; 59 hadis
22. Kitab Qital ahl al-Baghy; 28 hadis
23. Kitab Nikah; 120 hadis
24. Kitab Talaq; 49 hadis
25. Kitab ‘Itq; 18 hadis
26. Kitab Makatib; 1 hadis
27. Kitab al-Tafsir; 1.129 hadis
28. Kitab al-Tarikh; 266 hadis
Jilid
III:
29. Kitab Hijrah; 40 hadis
30. Kitab al-Magazi; 106 hadis
31. Kitab Ma’rifah al-sahabah; 2000 hadis
Jilid
IV:
Lanjutan no. 31
32. Kitab Ahkam;127 hadis
33. Kitab At’imah; 128 hadis,
34. Kitab Asyribah; 114 hadis
35. Kitab al-Birr wa al-Shillah; 114 hadis
36. Kitab al-Libas; 69 hadis
37. Kitab al-Tibb; 94 hadis
38. Kitab al-Adahi; 53 hadis
39. Kitab al-Zabaih; 31 hadis
40. Kitab al-Taubah wa Inabah; 78 hadis
41. Kitab al-Adab; 121 hadis
42. Kitab al-Aiman wa al-Nuzur; 37 hadis
43. Kitab al-Riqaq; 104 hadis
44. Kitab al-Faraidi; 76 hadis
45. Kitab al-Hudud; 150 hadis
46. Kitab Ta’bir al-Ru’ya; 95 hadis
47. Kitab al-Ruqa wa al-Tama’im; 27 hadis
48. Kitab al-Fitan wa al-Malahim; 383 hadis
49. Kitab Malahim; 128 hadis
50. Kitab al-Ahwal; 128 hadis
4. Metode dan Kriteria al-Hakim
Bagaimanapun
juga harus di akui bahwa seorang ulama hadis memiliki kriteria ataupun
prinsip-prinsip tersendiri dalam menentukan status kesahihan suatu hadis. Di
antara prinsip yang dipegang al-Hakim adalah ijtihad, prinsip status sanad dan
prinsip status matan:
a. Ijtihad
Artinya
dalam menentukan kesahihan suatu hadis diperlukan ijtihad. Dalam
al-Mustadrak-nya al-Hakim menyatakan secara lugas:
“Aku
memohon pertolongan Allah untuk meriwayatkan hadis-hadis yang para rawinya
adalah siqah. Al-Bukhari, Muslim, atau salah seorang dari mereka telah
menggunakan para rawi semacam itu untuk berhujah dengannya. Ini adalah syarat
hadis sahih menurut segenap fuqha Islam, bahwa sesungguhnya tambahan
sanad-sanad dan matan-matan dari orang-orang terpercaya dapat di terima.”
b. Prinsip status sanad
Dalam
menentukan status hadis, al-Hakim menerapkan daouble standar, yakni tasyadud
(ketat) terhadap hadis-hadis yang terkait dengan aqidah dan syari’ah (hokum
halal, haram, muamalah, nikah, dan riqaq) dan tasahul (longgar) terhadap
hadis-hadis yang terkait fadhil a’mal, sejarah Rasul dan sahabat, sebagaimana
dinyatakan al-Hakim:
“Aku–Insya
Allah–dalam hal do’a akan memperlakukan (sesuai) dengan madzhab Abd al-Rahman
bin al-Mahdi, yaitu yang engatakan: “ Bila kami meriwayatkan tentang halal dan
haram, kami bertindak ketat dalam (menilai) rijal, dan bila kami meriwayatkan
tentang keutamaan amal yang mubah, kami longgar dalam menilai sanad-sanad.”
c. Prinsip status matan
Al-Hakim
menyatakan:
“Sesungguhnya
hadis sahih itu tidak hanya diketahui dengan kesahihan riwayat, tetapi juga dengan
pemahaman, hafalan dan banyak mendengar.”
Prinsip
meneliti hadis menuru bliau tidak hany pada aspek sanadnya saja, tetapi juga
aspek matannya, yng pada akhirnya akan melahirkan berbagai konsep rajah-marjuh,
nasikh-mansukh, mukhtalit hadis, maqlub, mudtarib, mudraj dan ta’arud al-hadis
untuk menentukan dan membedakan hadis yang ma’mul bih dang hair ma’mul bih.
5. Klasifikasi Hadis
Bereda
dengan ulama-ulama sebelumnya (pasca Imam Turmuzi), al-Hakim tidak
mengklasifikasikan hadis menjadi sahih, hasan, dan da’if. Secara eksplisit,
al-Hakim membagi hadis menjadi dua, yakni hadis shahih dan hadis da’if.
6. Status Hadis
Untuk
mengetahui kesahihan hadis di dalam al-Mustadrak, ada beberapa klasifikasi yg
ditampilkan:
a. Berdasarkan syarat rawi
Menurut
al-Hakim, di dalam kitab al-Mustadrak jumlah hadis yang memenuhi kriteria
sahihain ada 985 hadis, 113 hadis yang memenuhi kriteria Bukhari, 571 hadis
memenuh kriteria Muslim, 3447 hadis yang dinilai sahih al-isnad, sedangkan yang
lainnya belum sempat mengemukakan komentarnya dalam al-mustadrak,karena
kematian yang menjemputnya.
b. Berdasarkan kualitas rawi
Berdasarkan
penelitian terhadap kualitas rawi-rawi dari kitab al-Hakim adalah sebagai
berikut:
Jilid
I :
Terdapat
45 hadis yang di duga lemah (8 hadis menggunakan sigat maudu’, munkar 23 hadis,
matruk 13 hadis, laisa sabit 1 hadis)
Jilid
II :
Terdapat
66 hadis yang di duga lemah (maudhu’ 11 hadis, munkar 23 hadis, matruk 23
hadis, kazzab 4 hadis, la yu’arafu 3 hadis, la a’rifu jayyidan 2 hadis)
Jilid
III :
Terdapat
47 hadis yang tidak layak di gunakan; maudhu’ 4 hadis, qabbaha Allahu
Rafidhiyan iftara’u 1 hadis, ahsibu maudu’an wa azunnu mudhu’an 6 hadis, syibhu
maudhu’ 1 hadis, aina sihah wa haramun fihi 1 hadis, munkar 17 hadis, matruk 17
hadis.
Jilid
IV :
Terdapat
109 hadis yang tidak layak di gunakan; la aslah lahu 2 hadis, halik 11 hadis,
la ihtijja bihi ahadun 1 hadis, la hujjata 1 hadis, matruk 30 hadis, maudhu’ 22 hadis, munkar 35
hadis, muttaham 4 hadis, muttaham saqit 1 hadis, muttaham ta’lif 1 hadis,
nadarun 1 hadis.
Dengan
demikian jumlah hadis yang di anggap sangat lemah dalam alMustadrak adalah
3,072% dari 8690 hadis yang ada. Sedang yang lain ada yang sahih, hasan, salih,
jayyid, da’if, munkar maupun batil.
Adapun
rincian hadis maudu’ adalah:masing-masing satu hadis dalam bab ‘idain,
tatawwu’, do’a-do’a, faraid,hudud, buyu’, nikah, jihad, fadhail al-Quran dan
al-ahwal. Adapun sejarah peperangan 41 hadis, tafsir 10 hadis, riqaq 5 hadis,
al-fitan wa al- malahim 5 hadis, salat 4 hadis, pengobatan 3 hadis dan makanan
2 hadis.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan
kupasan di atas ada beberapa hal yang perlu di garis bawahi:
Pertama,
meskipun al-Hakim bermaksud menyusun hadis sahih sebagai tambahan yang belum
termuat dalam sahih Bukhari dan Muslim dan menggunakan persyaratan shahihain,
namun ternyata tidak semua hadis dalam kitabnya berstatus sama (sahih semua).
Kedua,
adanya standar ganda yang di gunakan sebagai bentuk ijtihad al-Hakim, yakni
tasahul terhadap hadis-hadis fadail amal, sejarah rasul dan sahabat, serta
sejarah masa silam. Tasyadud untuk persoalan aqidah dan syariah (halal dan
haram, nikah, riqa, mu’amalah), al-Hakim terlalu longgar dalam menerapkan
kaedah kesahihan suatu hadis.
Ketiga,
al-Hakim mengklasifikasikan hadis menjadi dua, sahih dan da’if.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar