Sejarah dan Perkembangan Agama Kon Fu Tse dan Taoisme
Pendahuluan
Kita menyaksikan bahwa setelah perang
duina II usai, selain kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi, ternyata agama
juga memiliki kemajuan yang hebat sekali. Sudah barangtentu fenomena yang semacam ini
membantah suatu pendapat yang mengatakan bahwa dengan kemajuan ilmu pengetahuan,
agama akan mengalami kemunduran. Kenyataannya adalah bukan demikian. ! Sebagai
contoh umpamanya baru-baru ini kita dapat membaca tulisan yang menyatakan bahwa
rakyat ameika serikat yang dikatakn negara sekuler itu ternyata bahwa dalam
pengambilan suara secara acak tentang calon presiden yang akan dating, 90% dari
suara yang masuk menentang calon presiden yang ateis. Demikian juga kemajuan
agama Kristen di negeri itu terutama di sebelh Selatan, yaitu di kalangan
“Southern Baptist”, peningkatan agama sangat menonjol. Bisa saja kita tidak
setuju dengan corak kebangkitan agama Kristen di Amerika, karena mengambil
betuk “fundamentalisme”, tetapi bagaimanapun juga fenomena yang sedemikian itu
merupakan tanda-tanda kebangkitan agama.
Memang disini tidak akan
diperdebatkan tentang definisi agama, karena tidak sedikit orang yang
menganggap bahwa animism, konfusianisme, adalah bukan agama, sebagaimana tidak
sedikit juga orang yang menganggap bahwa Shito adalah juga bukan agama. Tetapi
untuk memudahkan pembahasan ketiga kepercayaan itu dimasukkan dalam bab agama.
A.
Sejarah dan Perkembangan Agama Kon Fu Tse dan Taoisme
1.
Konfusionisme
Menurut cerita, Konfusius adalah nama latin dari K’ung Tzu, Kong Hu Tsu
atau K’ung. Ia dilahirkan di negeri Lu, yang sekarang adalah propinsi Shantung,
pada tahun 551 S.M. dari sebuah keluarga yang sederhana, jujur dan setia
berbakti kepada Thian. Konon
kelahirannya diiringi oleh peristiwa-peristiwa ajaib, dan pada tubuhnya juga
tampak tanda-tanda luar biasa. Semua keberhasilannya adalah berkat usaha dan
kerja kerasnya sendiri. Kariernya dimulai sebagai pengawas lumbung padi di
daerah asalnya, dan akhirnya diserahi tanggungjawab urusan pekerjaan umum.
Pada tahun 528 S.M. Konfusius berhenti dari pekerjaannya karena kematian
ibunya. Selama periode berduka cita lebih kurang tiga tahun, ia mengasingkan
diri untuk belajar dan melakukan meditasi. Ahirnya ia muncul dari
pengasingannya sebagai seorang guru, dan berhasi menarik sejumlah besar murid
yang setia. Kemasyhurannya semakin meningkat. Pada usia 50 tahun memasuki ia
memasuki kehidupan masyarakat umum. Ia ditunjuk menjadi Kepala Hakim di kota
Chung-Tu, dan segera pul diangkat menjadi menteri Pekerjaan dan Pengadilan.
Jabatan-jabatan tersebut telah memberikan kesempatan padanya untuk praktek
mengajar dan menyelaenggarakan suatu sistem administrasi yang teratur. Ia
berhasil membuat negara menjadi tenteram dan adil, sehingga kejahatan dan
kerusakan ahlak menjadi hilang.
Keadilan yang diterapkan secara tegas menyebabkan musuh-musuh atau
lawan-lawannya berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjatuhkannya. Pada tahun 497 S.M.
Konfusius terpaksa meniggalkan negerinya dan pergi mengembara. Selama 14 tahun,
bersama-sama dengan sekelompok kecilmuridnya yang setia, ia pergi dari satu
tempat ke tempat yang lain. Ketika diizinkan kembali ke negerinya, ia sudah
berusia 68 tahun. Sisa hidupnya dihabiskan untuk mengajarkan pahamnya dan
meneliti warisan-warisan lama. Ia menghasilkan sebuah karya yang disebut
Ch’un-ts’in. Sejarah Musim Semi dan Musim Gugur. Konfisius meninggal dunia pada
tahun 470 S.M. [1]
Cina adalah sebuah Negara yang mempunyai sejarah cukup panjang, yang
konon dimulai sekitar tahun 2.700 S.M.. Pada waktu itu tradisi dan lembaga-lembaga di cina sudah
dibakukan, sudah membudaya dan tersusun secara rapi. Sekalipun demikian, tidak
diketahui secara pasti bagaimana semua itu terjadi. Beberapa sumber kuno, seperti
Sje-tsing (buku tentang pujian) dan Shu Cing (buku tentang sejarah), memberi
kesan bahwa bangsa Cina purba adalah monotei, yakni percaya kepada satu Tuhan.
Sedangkan nama yang diberikan kepada Tuhan itu adalah Shang-ti, yang berarti penguasa tertinggi dan Tien, yang berarti Sorga.
Akan tetapi, bersama perjalanan waktu, agam di cina selanjutnya
mengalami kemerosotan. Di samping percaya terhadap Shang-ti, bangsa cina kuno
kemudian percya pula terhadap roh-roh halus dan roh-roh nenek moyang, yang
semuanya mereka puja dalam upacara-upacara korban. Cina sudah sedemikian
merosot. Kebudayaan dan peradaban yang sebelumnya telah di bangun dengan susah
payah oleh dinasti-dinasti sebelumnya, kini hanya tinggal bayangan saja. Dalam
situasi seperti itulah lahirlah Konfusius atau Kong Hu Tsu atau K’oeng Foe-tze,
yang ajaran-ajarannya kemudian sangat berpengaruh besar dalam kehidupan bangsa
cina. Selama hampir dua puluh lima abad Konfusius di anggap sebagai Guru
pertama oleh orang-orang cina. Hal ini tidak berarti bahwa sebelum Konfusius
tidak ada guru di Cina, melainkan pengakuan dari bangsa cina bahwa Konfusius
berada pada tingkat paling atas dari semua guru tersebut. [2]
2. Taoisme
Menurut tradisi, Toisme bersal dari seseorang yang bernama Lao Tzu, yang
dikabarkan lahir kira-kira tahun 640 S.M. Agama
Tao adalah Agama yang ber ke-Tuhanan, menjunjung tinggi derajat nenek moyang,
menghormati tata tertib, mencintai sesamanya. Dewa-Dewi termasuk yang
disembah/dipuja, namun kebanyakan penganutnya masih belum memahami asal usul
dan riwayat dewa-dewi yang disembah/dipujanya itu, mereka hanya mengikuti
tradisi saja, bahkan keadaannya sudah merupakan suatu tradisi.[3]
Taoisme adalah agama yang selalu mengalami
perkembangan dan evolusi, sehingga selain sulit untuk menentukan waktu
kelahirannya, juga sulit untuk menentukan batas-batasnya. Sehingga Livia
Kohn mengatakan: “Taoisme tidak pernah merupakan suatu agama yang terpadu,
dan terbentuk kombinasi (berbagai) ajaran yang didasarkan atas beraneka macam
sumber asli “(lihat buku karyanya yang berjudul “Taoist Mystical Philosophy:
The Scripture of Western Ascension,” Albany: State Universty of New York
Press, 1991) meskipun tidak dapat menentukan tanggal yang pasti dari kelahiran
Taoisme, namun untuk mengetahui asal muasalnya kita dapat kembali pada 5000
tahun yang lalu, tatkala sekelompok suku berdiam di tepi sungai kuning (Huang
He) di Tiongkok Utara.[4]
B. Kitab-kitab Suci
1.
Kitab Suci Agama Konfusionisme
Ada enam buku klasik agama Konfisius yang
diyakini ditulis oleh Konfusius sendiri, yaitu:
a. Shu Ching, buku tentang sejarah, Aslinya mengandung
100 dokumen sejarah dinasti-dinasti kuno Cina, dan mencakup suatu periode yang
dimulai dari abad ke-24 S.M. sampai abad 8 S.M.
b. Shih Cing, buku tentang puisi, yaitu kumpulan sajak-sajak
yang populer yang ditulis lima ratus tahu pertama dari dinasti Chan.
c. Yi Ching, buku tentang perubahan-perubahan
d. Li Chi, buku tentang upacara-upacara
e. Yeo, buku tentang music
f. Chu’un Ch’ii, tentang sejarah musim semi dan musim rontok
2. Kitab Suci Agama Taoisme
Agama Tao memiliki beberapa kitab suci yang
wajib dibaca oleh setiap umat Tao, antara lain ialah:
a.
Tai
Shang Lao Jun Zhen Jing ( Kitab Suci Maha Dewa Dai Sang Lao Cin )
b.
Er
Lang Shen Zhen Jing ( Kitab Suci Dewa Er Lang Shen )
c.
Fu
De Zheng Shen Zhen Jing ( Kitab Suci Dewa Fu Tek Chen Shen )
d.
Dao
De Jing ( Kitab Tao Tek / Kitab Budi Pekerti & Hati Nurani Yang Luhur )
e.
Wang
Di Zhi Jing ( Empat Kitab Kaisar Kuning )
f.
Dai
Bing Jing ( Kitab Dai Bing / Kitab Aman Sentosa )
g.
Qiang
Jing Jing ( Kitab Hening Tanpa Pamrih )
h.
Shen
Tian De Tao Zhen Jing ( Kitab Suci Demi Mendapat Tao dan Naik ke Langit
Dari sekian banyak kitab suci bacaan wajib bagi setiap umat Agama Tao,
yang paling banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing di seluruh dunia
sekarang ini adalah Kitab
Tao Tek Ching / Tao Tek Zheng Jing / Lao Zi Wu Jien Wen ( Kitab 5000 Kata Dari
Lao Zi ). [5]
C. Ajaran-ajaran
1.
Ajaran Agama Konfusionisme
Ø Ketuhanan (delapan pengakuan iman)
·
Sepenuh
Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
·
Sepenuh
Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
·
Sepenuh
Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
·
Sepenuh
Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
·
Sepenuh
Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
·
Sepenuh
Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
·
Sepenuh
Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
·
Sepenuh
Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
Ø Moral
· Tripusaka : Bijaksana, Cinta Kasih, Berani / Zhi, Ren, Yong
· Satya Dan Dapat Dipercaya / Zhong Xin
· Kesusilaan Dan Kebenaran / Li Yi
· Suci Hati Dan Tahu Malu / Lian Chi
· Sederhana Dan Suka Mengalah / Qian Rang
· Memperbaiki Kesalahan / Gai Guo
2. Ajaran Agama Taoisme
· Sifat Qing Jing Wu We
Suatu
sifat dimana orang dianjurkan untuk selalu berusaha berbuat sesuatu demi
kepentingan bersama, namun tetap menjaga sikap mental yang tulus tanpa pamrih.
·
Wu
(kesadaran)
Yaitu kesadaran
kita tentang kehidupan yang kita jalani dan kesadaran kita dalam menjalani
ajaran Tao. Wu berjalan kalau kita banyak belajar.
· Ceng Li (logika)
Logika yang dimaksud disini adalah: setiap
pemikiran antara yang satu dengan yang lainnya itu pasti berbeda dan tak akan
berjalan satu arah.
D. Ritual Agama

E. Agama Konfusius di Indonesia
Pada zaman penjajahan, perkembangan agama Konfusius di Indonesia
ditandai dengan berdirinya beberapa organisasi yang berusaha untuk memajukan
agama tersebut di kalangan pemeluknya. Sebagai misal, pada tahun di Sala
berdiri sebuah lembaga agama Kong Hu Cu yang disebut dengan Khong Kauw Hwee.
Usaha untuk memajukan dan mempersatukan paham Konfusius di Indonesia ini pada
tahun-tahun berikutnya tetap giat dilakukan melalui konprensi-konprensi yang
diselenggarakan di beberapa kota, seperti Sala, Yogyakarta, Bandung dan
sebagainya. Tetapi dengan meletusnya perang dunia II dan masuknya balatentara
Jepang ke Indonesia, kegiata-kegiatan Khong Kauw Hwee secara nasional menjadi
praktis terhenti.
Setelah zaman kemerdekaan, lembaga-lembaga agama Kong Hu Cu mulai
memperlihatkan keaktifannya kembali. Dalam konprensi yang diselenggarakan di
Sala pada tahun 1954 diputuskan untuk membangkitkan kembali organisasi Khong
Kauw Hwee (Lembaga Pusat Agama Konh Hu Cu) yang pernah dibentuk pada tahun
1923. Pda tahun berikutnya, juga dalam konprensi di Sala, diputuskan untuk
membentuk lembaga tertinggi agama Khong Hu Cu di Indonesia dengan nama
“Perserikatan K’ung Chiao Hui Indonesia”, disingkat PKCHI. Terbentuknya
organisasi ini menandai awal dari babak baru dalam sejarah agama Konfusius di
Indonesia.
Dalam kongresnya yang keempat, PKCHI memutuskan untuk mengirimkan utusan
menghadap Menteri Agama R.I. untuk memohon agar agama Khong Hu Cu dikukuhkan
kedudukannya dalam kementrian Agama R.I. di samping memutuskan mengubah nama
PKCHI menjadi “Lembaga Agama Sang Khong Hu Cu di Indonesia”, disingkat LASKI. Pada
tahun 1963 menjadi “Gabungan Perkumpulan Agama Khong Hu Cu Indonesia”,
disingkat GAPAKSI. Dalam kongres yang kelima, tahun 1964,
nama GAPAKSI dirubah menjadi “Gabungan Penghimpunan Agama Khong Hu Cu se
Indonesia” dengan singkatan yang sama. Tetapi, tahun kemudian nama ini diubah
kembali menjadi “Majelis Tinggi Agama Khong Hu Cu Indonesia”,disingkat MATAKIN.
Nama terahir ini tetap dipergunakan sampai sekarang.[7]
PENUTUP
Dari uraian yang telah penulis paparkan di atas sekiranya dapat menambah
pengetahuan kita akan berkembangnya agama-agama hususnya agama Konfusionis
ataupun agama Tao yang keduanya memang sangat erat sekali cakupannya. Tidak
cukup sampai disini, kami masih sangat membutuhkan tanggapan, saran maupun
kritikan, dari teman-teman terlebih Dosen Pembimbing Matakuliah Agama-agama
Dunia , karna makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Ahirnya dari kami
kurang lebihnya mohon damaklumi.
KESIMPULAN
Agama Konfusionis dan Tao adalah suatu agama yang mana mempunyai sejarah
dan perkembangan. Disamping itu juga tak bisa dilepaskan bahwa agama ini juga
mempunyai ajaran-ajaran, kitab suci dan ritual agama masing-masing. Selanjutnya
di Indonesia juga menjadi titik tumpu berkembangnya dua agama ini. Walaupun
sebelumnya sedikit mengalami kelumpuhan akibat terjadinya perang dunia II dan
masuknya balatentara Jepang ke Indonesisia ahirnya mulai memperlihatkan
keaktifannya kembali.
DAFTAR PUSTAKA
_Abdurrahman, dkk, Agama-agama di Dunia,
(Yogyakarta: PT. HANINDITA, 1988)
_Smith Huston, Agama-agama Manusia, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar