Sekumpulan pemuda perantau brebes berduyun-duyun menghadiri undangan umum pementasan lakon Rara Dumeling, di Taman Mini Indonesia Indah (TMMI), Jakarta.
Drama folklore (cerita rakyat) yang diangkat dari kisah legenda seorang wanita asal Brebes yang sangat anggun dan bertengger di samping kedigdayaan suaminya Bupati Brebes Pusponegoro II. Melalui sosok yang diperankan gadis asli Brebes itu, peran kesetaraan gender seorang perempuan diperlihatkan. Sebagai istri ampil, Rara Dumeling menunjukkan eksistensinya sebagai pendamping Bupati Pusponegoro II dalam memberikan spirit perjuangan di tengah kecamuk perang melawan tentara kolonial. Kemudian dia diungsikan oleh suaminya ke Desa Pesantunan Kecamatan Wanasari hingga akhir hayatnya, dan dimakamkan di Desa Dumeling.
Pentas kolosal yang mengkolaborasikan unsur tari, teater, dagelan khas Brebesan semakin harmoni dengan musik karawitan menambah kerinduan kami kepada kampung halaman. Seakan-akan kami hidup dan turut serta dalam sejarah yang coba disuguhkan.
“Pentas kolosal yang mengkolaborasikan unsur tari, teater, dagelan khas Brebesan semakin harmoni dengan musik karawitan”
Perubahan Agenda Acara
Acara yang dalam undangan tertulis berakhir pukul 14.30 WIB terpaksa diakhiri karena alasan keterbatasan tenaga Bupati Brebes Hj Idza Priyanti SE yang terlalu lelah selama perjalanan Brebes-Jakarta. Usai pementasan yang seharusnya diagendakan ramah tamah antara Bupati Brebes dan komunitas-komunitas perantau bubar begitu saja.
Anisul Fahmi, Ketua Umum KPMDB Jakarta mengutarakan kekecewaannya karena gagal audiensi dengan bupati dan segenap SKPD, “Saya dan kawan-kawan KPMDB Jakarta kecewa karena di undangan tertulis agenda audiensi, tapi tetap kami meminta waktu untuk audiensi bersama Bupati, kami punya hak untuk mengkritisi birokrasi dan berdiskusi,” ujar Anis mahasiswa Pasca Sarjana STAINU Jakarta.
Rencana Gagal Pentas
Tidak hanya itu, para mahasiswa Brebes yang tergabung dalam organisasi primordial KPMDB (Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes) Jakarta yang sudah mempersiapkan beberapa aktor kawakannya juga tidak mendapat space ruang untuk berapresiasi dalam acara tersebut. Beberapa hari sebelum acara, dari pihak KPMDB sudah meminta izin kepada Kepala Disbudpora Kab. Brebes. Bapak yang akrab disapa Pak Wijan tersebut tandas menghaturkan permohonan maaf karena wilayah Pemda Brebes hanya pada tekhnis pementasan drama saja.
“Dengan sangat menyesal, untuk wilayah di luar pementasan Dewi Rara Dumeling bukan wilayah kami, untuk urusan selebihnya butuh persetujuan beberapa pengelola pusat Jateng,” ujar Wijan.
Satu jam setelah acara KPMDB Jakarta masih bersikeras untuk unjuk gigi berikut persiapan yang sudah matang. Beberapa menit sebelum acara, mereka dihubungi segera bersiap-siap make up dan properti di belakang panggung. Hanya saja, tidak lama setelah itu, mereka harus dirundung duka karena ternyata perihal space kosong itu dibatalkan.