Rabu, 12 April 2017

Panggung Rakyat Bukan Panggung Pejabat


Sekumpulan pemuda perantau brebes berduyun-duyun menghadiri undangan umum pementasan lakon Rara Dumeling, di Taman Mini Indonesia Indah (TMMI), Jakarta.
Drama folklore (cerita rakyat) yang diangkat dari kisah legenda seorang wanita asal Brebes yang sangat anggun dan bertengger di samping kedigdayaan suaminya Bupati Brebes Pusponegoro II. Melalui sosok yang diperankan gadis asli Brebes itu, peran kesetaraan gender seorang perempuan diperlihatkan. Sebagai istri ampil, Rara Dumeling menunjukkan eksistensinya sebagai pendamping  Bupati Pusponegoro II dalam memberikan spirit perjuangan di tengah kecamuk perang melawan tentara kolonial. Kemudian dia diungsikan oleh suaminya ke Desa Pesantunan Kecamatan Wanasari hingga akhir hayatnya, dan dimakamkan di Desa Dumeling.
Pentas kolosal yang mengkolaborasikan unsur tari, teater, dagelan khas Brebesan semakin harmoni dengan musik karawitan menambah kerinduan kami kepada kampung halaman. Seakan-akan kami hidup dan turut serta dalam sejarah yang coba disuguhkan.

“Pentas kolosal yang mengkolaborasikan unsur tari, teater, dagelan khas Brebesan semakin harmoni dengan musik karawitan”

Perubahan Agenda Acara
Acara yang dalam undangan tertulis berakhir pukul 14.30 WIB terpaksa diakhiri karena alasan keterbatasan tenaga Bupati Brebes Hj Idza Priyanti SE yang terlalu lelah selama perjalanan Brebes-Jakarta. Usai pementasan yang seharusnya diagendakan ramah tamah antara Bupati Brebes dan komunitas-komunitas perantau bubar begitu saja.
Anisul Fahmi, Ketua Umum KPMDB Jakarta mengutarakan kekecewaannya karena gagal audiensi dengan bupati dan segenap SKPD, “Saya dan kawan-kawan KPMDB Jakarta kecewa karena di undangan tertulis agenda audiensi, tapi tetap kami meminta waktu untuk audiensi bersama Bupati, kami punya hak untuk mengkritisi birokrasi dan berdiskusi,” ujar Anis mahasiswa Pasca Sarjana STAINU Jakarta.
Rencana Gagal Pentas
Tidak hanya itu, para mahasiswa Brebes yang tergabung dalam organisasi primordial KPMDB (Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes) Jakarta yang sudah mempersiapkan beberapa aktor kawakannya juga tidak mendapat space ruang untuk berapresiasi dalam acara tersebut. Beberapa hari sebelum acara, dari pihak KPMDB sudah meminta izin kepada Kepala Disbudpora Kab. Brebes. Bapak yang akrab disapa Pak Wijan tersebut tandas menghaturkan permohonan maaf karena wilayah Pemda Brebes hanya pada tekhnis pementasan drama saja.
“Dengan sangat menyesal, untuk wilayah di luar pementasan Dewi Rara Dumeling bukan wilayah kami, untuk urusan selebihnya butuh persetujuan beberapa pengelola pusat Jateng,” ujar Wijan.
Satu jam setelah acara KPMDB Jakarta masih bersikeras untuk unjuk gigi berikut persiapan yang sudah matang. Beberapa menit sebelum acara, mereka dihubungi segera bersiap-siap make up dan properti di belakang panggung. Hanya saja, tidak lama setelah itu, mereka harus dirundung duka karena ternyata perihal space kosong itu dibatalkan.

KPMDB Jakarta Kumpulkan 32 Kantung Darah Untuk Aksi Kemanusiaan


Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB ) Wilayah Jakarta bekerjasama dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Pertanian Univesitas Muhammadiyah Jakarta, Selasa kemarin (12/42016) adakan aksi kemanusiaaan dengan kegiatan sosial donor darah.
Aksi yang diselenggarakan di Aula Rektor Universitas Muhamadiyah Jakarta (UMJ), Ciputat Tanggerang ini, berhasil mengumpulkan 32 kantong darah dari 67 orang yang mendaftarkan diri sebagai pendonor.
Kegiatan sosial donor darah yang mengambil tema “SaveYour Blood, untuk Indonesia yang Lebih Baik” ini juga menjadi peluang bagi Bidang Kekaryaan dan Kewirausahaan KPMDB Wilayah Jakarta dalam mempromosikan dan menjual hasil karyanya dalam bentuk aksesoris untuk kaum wanita kepada setiap pendonor wanita yang datang.
Ida Irfatul Adha (22) Selaku ketua penyelenggara mengatakan kegiatan donor darah ini sebagai bentuk kontribusi para mahasiswa yang berdomisili di DKI Jakarta dan sekitarnya.
“Alhamdulilah mahasiswa sangat antusias hingga acara ini terselenggara dengan lancar,” tuturnya.
Bahkan kegiatan ini, lanjut Ida dirinya berharap selalu berkesinambungan dan bermanfaat bagi orang banyak serta menambah semangat untuk donor kembali.
“Harapanya semoga semua mahasiswa khususnya pengurus KPMDB Wilayah Jakarta dapat meningkatkan rasa kepedulian sesama ” tambahnya.
Sementara itu, Lulu Unisa (21) salah satu peserta donor darah mengungkapkan rasa senangnya bisa memberikan hal yang bermanfaat bagi orang lain.” Semoga apa yang saya dan temen donor bisa berguna bagi yang membutuhkan,” ungkapnya.
Donor darah ini diikuti oleh peserta dari berbagai kampus di daerah Jakarta dan sekitarnya yakni UMJ, UNPAM, UIN Jakarta, STIE Ahmad Dahlan Jakarta, dan kampus-kampus lainnya serta mahasiswa, dosen dan kalangan masyarakat lainnya. 

Hari Santri, KPMDB Jakarta Santuni Anak Yatim


Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB) wilayah Jakarta bekerja sama dengan Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Brebes menyelenggarakan kegiatan Santunan yatim piatu di pondok pesantren Sabiluna Ciputat Tangerang Selatan, Minggu (23/10).
Sebanyak 30 orang yatim piatu hadir pada acara tersebut serta mendapatkan bantuan finansial berupa uang dan alat tulis sekolah. Acara ini diprakarsai oleh Bidang Sosial dan Keagamaan KPMDB Wilayah Jakarta ini terbilang sukses, karena menarik perhatian banyak pihak yang ingin turut serta dalam kegiatan sosial khususnya di kegiatan santunan.
“ Acara ini terselenggara atas dasar rasa solidaritas dan kepedulian terhadap sesama,” kata Anisul Fahmi S.Th.I selaku Ketua Umum KPMDB Jakarta. Lanjut Anis, dengan kegiatan seperti ini sebagai bentuk kontribusi pada daerah, karena perlu diketahui bahwa pondok pesantren sabiluna merupakan pondok pesantren yang santrinya didominasi oleh anak-anak kurang mampu asal daerah Brebes.
“Harapannya acara dalam bentuk seperti ini akan terus ada serta untuk memupuk jiwa sosial pengurus KPMDB Jakarta khususnya dalam membantu anak-anak yang kurang beruntung,” tambahnya.
Sementara itu, Taufik Setyaudin, MA selaku kepala sekolah Pondok pesantren Sabiluna yang juga sebagai pembina KPMDB Jakarta mengungkapkan rasa bangganya kepada semua pihak terutama KPMDB Jakarta yang sudah mau peduli dengan anak kurang mampu.
“ Kami atas nama ponpes sabiluna mengapresiasi kepada KPMDB Jakarta yang mempunyai jiwa sosial untuk berbagi kepada anak yatim yang ada di ponpes ini,” ungkapnya
Acara ini juga dimeriahkan oleh beberapa hiburan di antaranya adalah penampilan kesenian Hadroh dari santriwan dan santriwati pondok pesantren Sabiluna serta kegiatan ini juga keterlibatan para santrinya ikut menjadi panitia dalam kegiatan ini.

KPUD Brebes gandeng KPMDB Jakarta Sosialisasi Pemilukada


Komisi Pemilihan Umum (KPU) Daerah Brebes mengadakan acara yang bertajuk sosialisasi pemilihan umum tahun 2017. Sebanyak 100 peserta hadir Aula FISIP UMJ (Universitas Muhammadiyah Jakarta) mengikuti acara tersebut. Kegiatan ini dikhususkan bagi masyarakat brebes yang berada diluar daerah khususnya di jakarta. Acara ini terselanggara atas kerjasama KPUD Brebes dengan KPMDB (Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes) wilayah Jakarta.
Acara dimulai pada pukul 10.00 menghadirkan dua pembicara tingkat nasional, Yakni Juri Ardiantoro selaku ketua KPU RI, dan pembicara kedua Daniel Zuhron selaku Komisioner BAWASLU RI dan dipandu oleh bapak Reza Pahlevi selaku Ketua KPUD Brebes.
Menurut Reza Pahlevi, acara Sosialisasi PEMILUKADA ini dimaksud untuk mengajak para perantau yang diluar Brebes, khususnya di Jakarta tentang bagaimana pentingnya menggunakan hak suaranya untuk menentukan masa depan Brebes yang lebih berwibawa. Acara ini merupakan terobosan dari KPUD Brebes yang pertama kali dilakukan dengan bersosialisasi keluar daerah Brebes, “ Saya sangat mengapresiasi program dari KPUD Brebes, saya rasa ini terobosan yang sangat bagus yang bisa dicontoh KPUD  dari luar Brebes,” ungkap Daniel Zuhron saat menyampaikan dihadapan peserta, Minggu (9/10/2016).
Daniel Zuhron mengatakan pentingnya pengawasan dalam suatu pemilu, dan pentingnya peran mahasiswa untuk mengawal pemilu. Terutama pemberian pemahaman kepada masyarakat  tentang sosok-sosok yang akan mencalonkan diri sebagai pemimpin, hal ini agar masyarakat tidak awam dan meminimalisir adanya  politik uang. Dalam penjelasan yang beliau paparkan, sangat mengundang banyak pertanyaan dari peserta maupun tamu undangan, salah satu pertanyaan yang menarik adalah, kenapa dalam PEMILUKADA tidak adanya TPS (Tempat Pemungutan Suara) diluar daerah? lanjut,  Karena hal ini bisa jadi menjadi ladang bagi oknum calon yang memanfaatkannya dengan memobilisasi masa perantau untuk hadir di daerah dengan iming-iming uang ? .
Sedangkan Juri Ardiantoro tentang Regulasi KPU, menjelaskan bagaimana aturan -aturan dalam sebuah pemilihan dan proses yang harus KPUD Jalankan maupun pemilih  yang akan menggunakan hak pilihnya. ” Persoalan yang ada di daerah brebes, sekitar 25% penduduk yang sudah mempunyai hak pilih berada di luar daerah, dengan kondisi mencari nafkah, dibandingkan meluangkan waktu satu hari untuk pulang sekedar memilih dengan meninggalkan aktivitas di jakarta yang menghasilkan uang, pastilah mereka akan memilih melanjutkan aktivitasnya di jakarta, ini menjadi tantangan tersendiri bagi KPUD tentang bagaimana mengajak penduduk perantau untuk berpartisipasi datang ke daerah untuk menggunakan hak pilihnya, demi kesuksesan PEMILUKADA dan memunculkan pemimpin sesuai pilihannya, ” terangnya.
Acara ini juga turut dimeriahkan oleh penampilan dari putra kelahiran brebes yang membawakan teatrikal mini dan pembacaan puisi, pada sesi ini cukup membuat tamu undangan dan peserta mengikhlaskan senyumannya. Setelah disii oleh penjelasan pemateri yang cukup luar biasa, acara sosialisasi PEMILUKADA ini ditutup dengan  penandatangan MOU antara KPUD Brebes dengan KPMDB Wilayah Jakarta, serta  penyerahan sertifikat kepada para peserta.” KPMDB Wilayah Jakarta sangat berterimaksih pada KPUD Brebes yang telah mempercayakan pada kami untuk mensosialisasikan programnya, “ Ucap Anisul Fahmi S.Th.I (Ketua KPMDB Jakarta). 

Kaum Nahdliyin yang Jadi Rebutan Saat Pilkada

       Kaum Nahdliyin yang Jadi Rebutan Saat Pilkada

Oleh: Anisul Fahmi S.Th.I*

Pilkada serentak gelombang kedua diikuti 101 daerah dari tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota. Termasuk diantaranya kabupaten Brebes, berbagai strategi dan cara yang dilakukan oleh kedua tim pemenangan dari dua paslon demi mengais simpati masyarakat. Safari politik ke berbagai komunitas dari mulai yang bersifat non formal sampai ormas agama kian semakin deras. Tak luput NU sebagai basis kuat di kabupaten Brebes menjadi target utama untuk mendulang suara. Tak bisa dipungkiri NU selalu menarik menjadi bagian dari ormas Agama idaman dalam pusaran pertarungan politik daerah bahkan nasional. 

NU dan Politik Praktis

NU sebagai sebuah gerakan kerakyatan, NU dengan sadar memilih kelompok Islam tradisional sebagai basis perjuangannya. Hal ini dapat diketahui dengan melihat para pemrakarsa pendiri NU maupun orientasi gerakan awalnya yakni kaum pesantren, yang merupakan benteng Islam tradisional di Indonesia.
Secara resmi, keterlibatan Nahdlatul Ulama (NU) dalam kancah politik praktis (sebagai partai politik) dilakukan sejak tahun 1953 sampai 1973. Namun demikian, bukan berarti peran politik NU hanya terbatas dalam dekade tersebut. Sebelum dan sesudah masa itu, tidak sedikit kegiatan NU yang dampak politiknya justru lebih monumental. Bahkan, ketika NU menjadi bagian penting dari Masyumi (pra NU parpol) dan saat NU masih secara resmi menyalurkan aspirasi politiknya melalui Partai Persatuan Pembangunan (pasca NU parpol), juga merupakan periode–periode penting untuk diungkap. Pada masa pra dan pasca NU sebagai parpol, eksistensi organisasi yang dimotori kaum pesantren, dengan dukungan masa dari masyarakat Islam tradisional sempat dilanda krisis identitas. Berbagai dampak negatif maupun positif akibat lamanya NU terjun dalam politik praktis merupakan alasan utama mengapa masa-masa tersebut penting untuk ditilik.

Sebagaimana catatan hasil penelitian Oleh Greg Fealy (Associate Professor di Australian National University) pada acara Tadarus Islam Nusantara di Jakarta, Greg memaparkan; pada tahun 2010 Warga negara Indonesia 65 % berafiliasi dengan ormas agama. 55 % mengindentifikasi diri sebagai Ahli Sunnah. 45 % mengaku berafiliasi dengan NU dan 8 %  berafiliasi dengan Muhammadiyah.
Sikap warga NU terhadap pemuka agamanya; 51 %  warga NU meminta saran kepada kiai tentang persoalan pribadi dan sosial. Hanya 12 % yang meminta saran kepada kiai tentang politik. Kecendrungan warga NU untuk tidak menggantungkan preferensi politiknya kepada kiai bernilai positif, menurut Greg, sebab pada beberapa kasus saran kiai dalam hal politik bukan berdasarkan pertimbangan kemaslahatan umat.

Demikian catatan penelitian Greg dalam skala nasional, hasil ini paling tidak bisa menjadi analisis hitungan matematis meskipun pergerakan politik selalu dinamis, apa lagi setiap daerah tentunya sangat berbeda dalam hal peta dan corak politik, sebab bicara politik maka bicara data, taktis dan kongkrit tak sebatas analisa belaka.

NU dan Pilkada Brebes

Yang terjadi Pilkada Brebes di tahun 2017 ada usaha dan upaya untuk meyakinkan kepada masyarakat bahwa salah satu calon akan komitmen menjaga nilai-nilai Aswaja bahkan pada acara-acara kultural NU semisal maulidan, rajaban, dan tahlilan, hal itu tidak menjamin akan keberhasilan membangun kepercayaan masyarakat Brebes berbasis NU yang begitu mengakar, bahkan bisa jadi berpotensi langkah yang blunder.

Sebaliknya dari pihak calon lain sangat optimis mendapatkan suara dari nahdliyin apalagi beredarnya selebaran surat intruksi dari pengurus cabang untuk mendukung salah satu dari pasangan calon yang tak semestinya dilakukan, karena bertentangan nilai-nilai semangat Khittah NU, meskipun hal ini kebenarannya masih diperselisihkan, Oleh sebab itu menjadi pertanyaan apakah berpengaruh dan masikah kecendrungan warga NU kultural di Brebes untuk menggantungkan preferensi politiknya kepada kiai/ustadz  cukup tinggi ataukah sebaliknya.

Proses pemahaman masyarakat NU brebes untuk meyakinkan butuh waktu panjang, keterlibatan Pasangan calon Bupati dalam kegiatan acara-acara kultural NU tentunya harus masif dilakukan namun tak bersifat dadakan dalam hal ini sangat diuntungkan bagi calon petahana. Ada beberapa faktor dominan kecendrungan masyarakat memilih atau enggan untuk memilih calon tertentu, baik yang bersumber dari asumsi pribadi atau informasi yang beredar, semisal calon bupati berasal dari petahana dan diusung dari mayoritas partai, atau calon bupati diusung dari partai yang secara ideologi tak sepaham, dan track record sebagai calon. hal-hal demikian yang seharusnya menjadi bagian dari kerja keras team pemenangan untuk mendongkrak suara.

Sedangkan ormas Muhammadiyah tetap diperhitungkan namun tak sepenuhnya menjadi prioritas. Loyalitas dan kepatuhan faham partai yang berafiliasi dengan Muhammadiyah atau NU tak menjamin oleh umat atau anggota untuk mengikuti, dan semacam ini terjadi di Brebes, bisa saja pengaruh suasana hiruk pikuk politik Jakarta, namun hal ini di alami oleh sebagian kecil yang mengikuti perkembangan politik sebab masyarakat Brebes lebih dominan kaum petani tak peduli politik DKI. Karena bagaimanapun demokrasi bukan tujuan utama tapi hanya sebagai alat menuju tujuan yang semestinya. Siapapun yang terpilih tentunya tetap menjadi pemimpin kita semua, Semoga amanat demi kemaslahatan umat menuju Brebes yang bermartabat.




·   Dilahirkan di Desa Dumeling, Wanasari Brebes, sekarang sedang menempuh Program Pascasarjana STAINU Jakarta, Kosentrasi Sejarah Kebudayaan Islam. Ketua Umum KPMDB Jakarta.


Tadarus Salih Ritual Kyai Hasyim Asy’ari

Tadarus Salih Ritual Kyai Hasyim Asy’ari Oleh: Anisul Fahmi Kyai Hasyim Asy’ari sosok figur yang sangat produktif dalam dunia k...